Husnul Khotimah AJ Gerogol |
Nurul
Ilmi atau biasa di panggil Ilmi, ia adalah seorang gadis yang berjilbab, ramah,
lugu, pantang menyerah. Seorang gadis yang selalu semangat dalam menjalani
berbagai cobaan hidup. Ilmi hanya tinggal bersama ibunya dirumah yang cukup
sederhana. Ayahnya telah meninggal dunia saat ia berusia 5 tahun. Sekarang,
Ilmi sudah tumbuh menjadi dewasa, ia
seorang pelajar yang rajin. Ia duduk di sekolah delapan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Sejak kecil, ia sudah mulai diajarkan beribadah kepada Allah SWT dan sudah
belajar mandiri, itulah yang membuat bangga orangtuanya. Ia mengerti apa yang
harus ia kerjakan demi membuat ibunya tersenyum. Ibunya seorang pedagang
sayur-sayuran hasil perkebunan tetangga dan pembuat gorengan. “Sang ibu sungguh
hebat, beliau adalah seorang ibu yang mampu melewati semua jurang cobaan dengan
penuh kesabaran.” Ucap Ilmi. Prinsip hidupnya tertanam erat pada nama
lengkapnya, yaitu Nurul Ilmi yang berarti cahaya ilmu. Menurutnya, hidup akan
lebih bermanfaat dengan kita belajar ilmu pengetahuan. Kalimat itulah yang
selama ini menjadi potensi dan rasa semangat dalam dirinya. Dengan ekonomi yang
cukup rendah, Ilmi sama sekali tidak menyerah dan akan selalu berusaha untuk
masa depan dengan kemampuan yang ia punya.
Banyak
sekali keinginan dan kebutuhan sekolahnya yang belum terpenuhi. Seperti saat
menjelang kenaikan kelas. Suatu ketika, saat para ibu sibuk mempersiapkan
kebutuhan untuk anak sekolahnya, seperti halnya membeli baju seragam sekolah
dan alat tulis. Tapi. Kini berbeda dengan ibu Ilmi. Ia hanya bisa menjahit dan
merapikan baju seragam sekolah yang ia dapatkan dari tetangganya karena tak
mampu membelikan baju seragam baru untuk anaknya. Keadaan seperti inilah yang
membuat ibunya kembali larut dalam kesedihan dan kekecewaan. Akan tetapi,
dibalik itu semua ternyata kedewasaan Ilmi terlihat ketika ibunya mengetahui
ternyata Ilmi mempunyai uang simpanan dikoperasi sekolahnya. Tabungan itu
merupakan programnya selama satu tahun. Tabungan itu sebagai hasil usahanya
selama berjualan membantu ibunya. Ilmi juga selalu menjalankan puasa sunnah
hari Senin dan Kamis untuk beribadah menjalankan sunnah Rasulullah Salallahu ’Alaihi
Wasallam. Dengan demikian, dihari Senin dan Kamis Ilmi dapat menyisihkan uang
saku dari hasil jualannya untuk segera ditabung. Dengan berpuasa, ia bisa
menabung didunia dan menabung diakhirat, yakni mendapat pahala kebaikan
disisi-Nya.
Dalam kesehariannya, ia harus bangun pada jam tiga pagi. Tak
pernah terlewati shalat sunnah dalam sepertiga malamnya. Ilmi dan sang ibu
selalu melaksanakan shalat sunnah tahajjud. Bagi Ilmi, inilah waktu yang paling
istimewa dari waktu yang lainnya. Inilah waktu untuknya bermuhasabah dan
bermunajah kepada Allah Maha Kuasa.
Setelah selesai melaksanakan shalat tahajjud, ia harus membantu ibunya
membuat gorengan. Terkadang, keadaan seperti ini yang membuat ibunya terharu
hingga meneteskan airmata melihat anak gadis yang seharusnya menikmati masa
remajanya dengan penuh kesenangan tanpa memikul banyak beban, tapi justru sebaliknya.
Padahal, Ilmi selalu mengatakan hal-hal positif kepada ibunya agar tidak
melarangnya untuk berusaha dan bekerja keras.
Pagi itu, tepatnya pukul tiga pagi Ilmi membangunkan
ibunya. Tapi, tampaklah wajah ibu yang sedang tidur pulas karena kelelahan.
Terbesitlah keraguan dalam hati Ilmi untuk membangunkan sang ibu. Ilmi memang
seorang gadis yang berbakti kepada orangtuanya. Melihat ibunya yang kelelahan,
dia berinisiatif untuk mengerjakan semua pekerjaan ibunya, seperi membuat
gorengan, membereskan rumah, dan pekerjaan lain yang harus ia kerjakan. Ketika
Ilmi sedang membuat gorengan, tanpa diketahuinya ternyata ibunya terbangun dan
memerhatikannya dari balik pintu kamar dengan hati dan jiwa penuh deras
kesedihan. Sang ibu mendekati dan memeluk erat tubuh Ilmi. Dengan nada lirih
sang ibu berkata : “nak, maaafkan ibu yang selama ini membawamu hidup dalam
kesengsaraan. Ketahuilah nak, semua musibah yang dating tentu saja banyak
hikmah yang harus kita pelajari dan menjadikan bekal pelajaran untuk semangatmu
di masadepan nanti.” Ilmi menangis penuh keharuan mendengar kata hati ibunya.
Di hela nafas sambil terisak ia menjawab :”Bu, aku melakukan ini semua karena
aku sangat menyayangi ibu. Aku melakukan ini semua ikhlas karena Allah swt, dan
izinkan aku menjadi anak yang berbakti kepada ibu. Aku sedih , aku tak tega
melihat ibu mengerjakan semua pekerjaan ini hanya seorang diri.”
Hidup yang hanya berdua dengan ibunya membuat ia semakin
semangat menjalani hidupnya. Karena keterbatasan ekonomi tidaklah menjadi
penghalang untuknya menuntut ilmu, justru keterbatasan itu menjadikan motivasi
dalam hidupnya. Meski kehidupannya tak seindah kehidupan teman-temannya. Ia
selalu bersyukur kepada Allah SWT dalam setiap waktu dan sujudnya. Dengan
membuat ibu tersenyum saja , itu sudah menjadi bukti nikmat Allah swt yang
harus ia syukuri.
Jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ilmi
sudah bersiap-siap untuk menimba ilmu pengetahuan. Dengan penuh semangat dan
rasa percaya diri, ia melangkah diiringi dengan do’a membawa sejuta harapan dan
cita-citanya. Ia merupakan siswa yang rajin dan cerdas. Saat waktu istirahat
tiba, ia sering melakukan shalat sunnah dhuha di aula sekolah. Setelah
melakukan shalat sunah dhuha, kini saatnya Ilmi harus duduk dikantin sekolah
untuk menawarkan dan menjual gorengannya. Ilmi adalah seorang siswa yang
menjadi pusat perhatian para guru disekolah. Sebab, Ilmi adalah serang siswa
yang berbeda dengan siswa-siswa lainnya. Penghasilannya menjual gorengan kurang
lebih hanya Rp. 10.000 setiap harinya. Sementara ibunya dikampung berjualan
sayur-sayuran hasil perkrbunan milik tetangganya. Sebenarnya pekerjaan itu
cukup melelahkan bagi seorang ibu dimasa tuanya. Sang ibu harus berkeliling
kampung dengan sebuah bakul berisi sayuran. Itulah yang membuat sang ibu sering
jatuh sakit karena kelelahan. Tapi, semua itu ia lakukan demi mengais rupiah
untuk kehidupan keluarganya. Ia hanya mendapat penghasilan Rp.3000 hingga
Rp.5000 setiap harinya.
Setelah
pulang sekolah, tugas Ilmi selanjutnya adalah membersihkan kantor guru
disekolah. Ia sangatlah bersyukur dengan pekerjaan itu, karena dengan pekerjaan
itu ia dapat melanjutkan pendidikannya. Semua biaya pendidikan sekolah
ditanggung oleh pihak sekolah. Selain itu, Ilmi selalu menerima beasiswa juara
sejak duduk di Sekolah Dasar (SD). Bahkan, ia sering mengikuti Kompetisi Sains
dan Matematika mewakili sekolahnya. Selain itu, Ilmi juga menerima bantuan
beasiswa Rumah Zakat Kota Cilegon Korwil Grogol.
Pembinaan di Masjid Nurul Iman |
Itulah sebuah kisah inspirasi seorang gadis
yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, tapi semangat dan rasa optimisnya
yang membangun rasa percaya dirinya. Baginya, keterbatasan jangan di jadikan
penghalang, seharusnya keterbatasan itu dijadikan motivasi untuk melangkah
mewujudkan mimpi. Kesuksesan bukan hanya untuk orang-orang bermateri saja, tapi
kesuksesan dapat diraih untuk orang-orang yang ingin berusaha dan mencari ilmu
pengetahuan seperti Ilmi.
*Catatan admin: Tulisan ini dikirim oleh Husnul Khotimah Anak Juara RZ Cilegon, nama Nurul Ilmi dalam tulisan ini adalah nama samaran yang dipakai oleh khusnul khotimah karena setelah kami cek tidak ada Anak Juara yang bernama Nurul Ilmi di Korwil Gerogol. Admin tahu persis kehidupan Husnul khotimah seperti yang diceritakan dalam tulisan ini.
Mari kita do'akan semoga apa yang dicita--citakan oleh adik Husnul Khotimah menjadi nyata. Amiin
0 comments
EmoticonEmoticon