Uswatun Hasanah |
“Jangan
pernah berpikir menjadi orang sukses, tapi berpikirlah untuk menjadi orang yang
bermanfaat.” – Uswatun Hasanah –
Setiap
orang pasti berkeinginan untuk sukses dalam hal apapun. Begitupula dengan
Uswatun. Gadis kelahiran Cilegon, 24 Juni 1995 ini seolah tak pernah berhenti
berusaha untuk memperoleh kesuksesan hidupnya. Ia di besarkan dalam sebuah
keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya yang hanya seorang buruh membuat sang
ibu juga ikut bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
Sejak
duduk di sekolah dasar, Uswatun sudah menunjukkan prestasinya dengan mendapat
peringkat di setiap akhir semester. Walaupun
tidak melulu peringkat satu, namun hal itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri
baginya. Ada hal yang membuat peringkatnya naik turun. Sampai-sampai ia sempat
terkena omelan ayahnya. Hal itu tidak jauh jauh dari masalah persaingan yang
sulit di kelasnya. Bagaimanapun ia telah berusaha keras untuk meraih posisi
dalam peringkat terbaik.
Uswatun
selalu di wanti-wanti oleh orangtua dan kakak-kakanya, kondisi ekonomi
keluarganya memang tidak begitu baik, maka setidaknya ada hal yang membuat
bangga dirinya dan keluarga. Tak perlu memikirkan masalah ekonomi, yang
terpenting baginya adalah belajar dan mengukir prestasi. Ia pun berazzam untuk
mewujudkan keinginan orangtuanya itu. namun meskipun begitu ia tetap membantu
orangtuanya bekerja. Ia bukan tipe anak yang begitu saja membiarkan orangtuanya
memeras keringat untuk dirinya.
Saat
dirinya masih duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI), ia pernah membantu
ibunya berjualan gorengan buatan ibunya dan juga dagangan milik orang lain. Ia
menitipkan dagangannya itu ke kantin sekolahnya. Ia sempat takut melakukannya.
Ia takut kalau kalau guru-guru yang mengetahuinya akan memarahinya. Namun
ternyata tenang-tenang saja. Tidak ada masalah. Tentu saja ia bisa bernapas
lega.
Uswatun
juga ikut berjualan pulsa dari kakaknya sewaktu ia duduk di kelas sepuluh. Hal
itu masih berlanjut sampai sekarang. bedanya, sekarang ia tidak lagi ikut
menjual pulsa dari kakaknya. Ia sudah membuka milik sendiri. Sangat bersyukur
sekali karena dengan hasil dari usaha kecil-kecilannya itu, ia bisa menabung
sedikit-demi sedikit atau memberi uang jajan untuk adik-adiknya di saat
orangtuanya tidak punya cukup uang.
Anak
ke empat dari delapan bersaudara ini memang terkesan tidak mau diam. Di
sekolah, Uswatun termasuk siswa yang aktif. Baik dalam kelas maupun di luar
kelas. Tak heran jika ia diangkat sebagai bendahara umum OSIS selama periode 2011-2012. Ia juga menjabat
sebagai Krani di ambalan Abuyah, PraMuKa sekolahnya, MA Al-Khairiyah Tegal
Buntu. Selain itu, ia juga aktif di ekskul Drumband, Qasidah, Paskibra dan
English Club.
MA Al-Khaeriyah Tegal Buntu |
Awalnya,
diakui oleh Uswatun sendiri. Ia sering merasa iri dengan teman sekelasnya yang
sering menang dalam lomba. Sementara ia tidak. Dari situlah semangatnya
terbakar untuk mengukir prestasi di luar akademik. Ia pikir, ia perlu menggali
potensinya. Kemudian, perlahan namun pasti, ia mencoba public speaking.
Organisasi sekolah merupakan tempat yang empuk untuk mengasah kemampuannya itu.
Hobi
Uswatun adalah membaca. Ia juga suka sekali menulis puisi. Hal itu mendukungnya
dan membuat ia pernah tiga kali meraih juara dalam berpidato di ajang yang
berbeda-beda. Salah satunya adalah lomba berpidato tiga bahasa yang di
selenggarakan oleh Kementrian Agama. Ia berhasil meraih juara satu di tingkat
Kota. Selain itu Uswatun pada bulan Februari 2013 lalu telah memenangkan lomba
menulis opini yang diadakan oleh Rumah Zakat dengan tema: “ Ketika Cinta Rosul
Sebatas Seremoni” lumayan dari hasil mengikuti lomba Uswatun mendapat uang saku
Rp. 500.000, tropy dan piagam penghargaan. Semangat
dan kerja kerasnya telah membuahkan hasil.
Banyak
yang mengakui bahwa Uswatun adalah anak yang rajin. Baik guru maupun
teman-temannya. Ita, salah satu teman dekatnya bercerita, Uswatun seringkali
menyapu kelas meskipun bukan giliran piketnya.Uswatun itu teman yang baik
baginya. Asik jika diajak sharing. Menurutnya, Uswatun anak yang mandiri, tegas
dan disiplin. Di lingkungan rumahnya, di Jangkar kulon rt 20 rw 04, uswatun pun
dikenal supel. Ia ramah pada semua orang yang di temuinya.
Ada
satu keinginan kuat yang kini tengah ia usahakan dapat terwujud pada diri
seorang uswatun. Ia ingin sekali konsisten dalam berhijab. Hal itu tercetus
saat ia mengikuti kegiataan mentoring asuhan Rumah Zakat yang di ikutinya.
Selama ini, dirinya memang sudah berkurudung. Namun belum memenuhi syarat yang
di syariatkan.
Ia
masih berpikir pikir untuk total dalam berhijab. Ia merasa belum pantas karena
sikap kesehariannya yang dirasa masih jauh dari sikap sebagaimana seorang
muslimah yang baik dan benar. Kita doakan saja semoga hal itu bisa terapliksi
pada Uswatun. Bagaimanapun segalanya butuh proses, dan tentu saja, memang harus
ada pengorbanan.
Cita-cita
Uswatun, menjadi seorang Sekretaris. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri,
tak akan lepas untuk membantu
kedua orang tuanya. Ia akan menjadi seorang yang sukses lahir batin. Kelak, ia ingin
memberangkatkan kedua orangtuanya pergi haji bersamanya.
“Hidupku
ada di tanganku.” Begitu ungkapannya. Bahawasanya, segala pilihan hidupnya,
maka ia sendirilah yang akan memilihnya, bukan orang lain.
0 comments
EmoticonEmoticon