Minggu, 28 Desember 2014

Mencintai Rasulullah Tanpa Batas



Rasulullah saw bersabda,"tidak(sempurna) keimanan salah seorang dari kalian sebelum aku lebih ia cintai dibanding orang tuanya, anaknya, dan seluruh umat manusia."(riwayat bukhari dan muslim)

Pernahkah kita mencintai seseorang? Tentu saja pernah kan? Karena hal tersebut sudah menjadi fitrah bagi kita. Kecintaan kita pada orang lain sudah pasti ada tanda-tandanya. Misalnya, kita akan selalu teringat pada orang itu, dan bahkan rela melakukan apapun untuknya. Tidak ada yang salah dengan itu. Namun yang harus diperhatikan, siapa atau apa yang menjadi objek dari cinta kita. Karena, dari sekian banyak objek cinta, ada yang lebih penting dan utama untuk mendapatkan kadar cinta yang lebih dari kita.
Contohnya, kita mencintai kedua orang tua kita, namun kadar kecintaan kita pada ayah dan ibu itu berbeda. Seorang ibu lebih pantas mendapatkan cinta yang lebih dari pada kita mencintai ayah kita.

Sebagai seorang muslim, seorang Muhammad rasulullah sudah tentu lebih pantas untuk mendapatkan kadar cinta yang lebih dari kadar cinta kita pada kedua orang tua, saudara, teman, pasangan kita atau siapapun. Adalah hal yang memang harus bila kita lebih mencintai orang yang rela menghabiskan masa hidupnya untuk membimbing manusia pada keselamatan dunia akhirat. Siapa lagi jika bukan rasulullah?
Dalam hadits yang telah disebutkan di awal, mencintai rasulullah merupakan salah satu cabang utama iman. Selain itu, Allah swt berfirman :
"Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri...". (Al Ahzab : 6)
dalam surat At Taubah ayat 24 Allah swt pun mengingatkan kita lagi,
"Katakanlah, 'Jika bapak-bapak mu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik."

Kita tidak perlu khawatir atau meragukan balasan cinta dari sang pembawa risalah. Kita tidak akan bertepuk sebelah tangan. Karena Rasulullah sendiri adalah seorang pecinta sejati. Beliau mencintai umatnya. Bahkan disaat beliau tengah dalam keadaan lemah di pembaringan, di saat akan menghembuskan napas terakhirnya, beliau masih saja mengingat umatnya, "Ummati..ummati..ummati..!". Sebegitu khawatirnya beliau akan ummatnya yang akan ia tinggalkan.
"Sungguh telah datang kepada mu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu. Sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu. Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin."(At Taubah : 128)
Sekarang yang menjadi pertanyaannya, sudahkah kecintaan terhadap rasul telah ada pada hati kita?

Sayangnya, banyak dari kita umat islam yang bahkan tidak mengenali rasulnya dengan baik. Lebih mengenal atau bahkan terobsesi dengan sosok lain seperti para artis dunia hiburan. Semuanya tidak luput untuk dijadikan panutan dalam hidup kita. Kita lebih mencintai mereka.

Dalam pengamatan saya, perlu jadi perhatian juga, bahwasanya perayaan hari maulid nabi atau kelahiran nabi sudah semakin tidak terdengar lagi semangatnya. Padahal hal itu adalah momen yang tepat untuk kembali mengingatkan kita akan sejarah perjalanan hidup seorang Muhammad rasulullah. Mengenang perjuangan beliau dalam membimbing umatnya. Kalaupun hari itu dirayakan dengan berbagai acara, sedikit sekali yang peduli. Terlebih lagi dari generasi mudanya.

Lalu, bagaimana cara menghidupkan cinta kita pada rasulullah? Bagaimanapun, yang namanya cinta itu bisa dibuat jika kita mau berubah. Mencintai rasulullah lebih dari manusia yang lain.

Dalam hemat saya, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan cinta kita pada rasul, karena yang namanya cinta tidak bisa jika hanya terucap secara lisan.

Yang pertama, dalam hal yang paling mudah. Yaitu, bershalawat pada rasulullah.
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Al Ahzab : 56)
Keutamaan bershalawat pada rasulullah Muhammad diantaranya, mendatangkan kebajikan, di keburukannya berbagai doa, mendapatkan syafaat di akhirat, dan mendatangkan shalawat Allah swt atawa hamba-Nya.
Dan ternyata, ada peringatan juga untuk kita.
Abu Hurairah ra. Pernah berkata,"Rasulullah saw pernah bersabda, 'Celakalah orang yang mendengar namaku disebut ia tidak mau bershalawat kepadaku.'"(Riwayat Tirmidzi)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang yang tidak mau bershalawat pada nabi muhammad, maka dia adalah orang terpelit sedunia.

Yang kedua, memanggil rasulullah tidak seperti kepada teman.
"Janganlah kamu jadikan panggilan (kepada) rasulullah di antara kamu seperti panggilan sesama kamu." (An Nuur : 63)

Yang ketiga, meneladani perkataan dan perbuatan rasulullah saw. Termasuk melakukan apa yang di perintahkan dan menjauhi apa yang di larangnya.
"Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali Imran : 31)
Bisa di mulai dengan hal kecil, seperti menggunakan tangan kanan saat makan dan tidak berdiri jika sedang makan.

Tata nilai hidup seorang muslim tentulah didasarkan pada iman. Nikmat iman adalah nikmat tertinggi, bahkan melebihi nikmat hidup itu sendiri. Karena itulah, dalam kacamata muslim, orang yang paling dicintai adalah rasulullah saw yang mengenalkan iman pada kita. kita dibimbing oleh beliau agar perjalanan jiwa kita bebas dan mudah menujubAllah. Iman yang diajarkan oleh rasulullah saw hingga sampai kepada kita lebih bernilai dibanding dunia dan seisinya. Melalui perjuangan dan pengorbanan beliau kita mengetahui apa tujuan hidup dan bagaimana cara hidup. Dengan iman, segalanya menjadi bermakna. Bagaimanapun dunia yang kita jalani sekarang hanyalah fana, kan? Masih ada kehidupan lagi setelah ini yang kekal.

Qadhi 'iyadh berkata, "Ketahuilah bahwa siapa saja yang mencintai sesuatu, pasti ia akan memprioritaskannya dan mementingkan dirinya agar sejalan dengannya. Jika tidak, maka kecintaannya itu tidak tulus dan hanya mengaku-ngaku saja. Orang yang benar-benar mencintai rasulullah saw adalah seseorang yang tampak nyata tanda-tanda cinta pada dirinya."

Mari kita bersama-sama menumbuhkan dan menghidupkan cinta kita pada rasulullah saw. Kita kenang perjuangan beliau, kesabaran beliau dalam menghadapi orang-orang yang menentang beliau. Tidakkah kita ingin membalas cinta beliau??

Penulis. Septi Anisa Husnul Hayati
Alumni Anak Juara RZ Cilegon

0 comments