Rasulullah
saw bersabda,"tidak(sempurna) keimanan salah seorang dari kalian sebelum
aku lebih ia cintai dibanding orang tuanya, anaknya, dan seluruh umat
manusia."(riwayat bukhari dan muslim)
Pernahkah
kita mencintai seseorang? Tentu saja pernah kan? Karena hal tersebut sudah
menjadi fitrah bagi kita. Kecintaan kita pada orang lain sudah pasti ada
tanda-tandanya. Misalnya, kita akan selalu teringat pada orang itu, dan bahkan
rela melakukan apapun untuknya. Tidak ada yang salah dengan itu. Namun yang
harus diperhatikan, siapa atau apa yang menjadi objek dari cinta kita. Karena,
dari sekian banyak objek cinta, ada yang lebih penting dan utama untuk
mendapatkan kadar cinta yang lebih dari kita.
Contohnya,
kita mencintai kedua orang tua kita, namun kadar kecintaan kita pada ayah dan
ibu itu berbeda. Seorang ibu lebih pantas mendapatkan cinta yang lebih dari
pada kita mencintai ayah kita.
Sebagai
seorang muslim, seorang Muhammad rasulullah sudah tentu lebih pantas untuk
mendapatkan kadar cinta yang lebih dari kadar cinta kita pada kedua orang tua,
saudara, teman, pasangan kita atau siapapun. Adalah hal yang memang harus bila
kita lebih mencintai orang yang rela menghabiskan masa hidupnya untuk
membimbing manusia pada keselamatan dunia akhirat. Siapa lagi jika bukan
rasulullah?
Dalam
hadits yang telah disebutkan di awal, mencintai rasulullah merupakan salah satu
cabang utama iman. Selain itu, Allah swt berfirman :
"Nabi
itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri...". (Al Ahzab : 6)
dalam
surat At Taubah ayat 24 Allah swt pun mengingatkan kita lagi,
"Katakanlah,
'Jika bapak-bapak mu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai
dari pada Allah dan rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk pada
orang-orang yang fasik."
Kita tidak
perlu khawatir atau meragukan balasan cinta dari sang pembawa risalah. Kita
tidak akan bertepuk sebelah tangan. Karena Rasulullah sendiri adalah seorang
pecinta sejati. Beliau mencintai umatnya. Bahkan disaat beliau tengah dalam
keadaan lemah di pembaringan, di saat akan menghembuskan napas terakhirnya,
beliau masih saja mengingat umatnya, "Ummati..ummati..ummati..!".
Sebegitu khawatirnya beliau akan ummatnya yang akan ia tinggalkan.
"Sungguh
telah datang kepada mu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya
penderitaanmu. Sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu. Amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin."(At Taubah : 128)
Sekarang
yang menjadi pertanyaannya, sudahkah kecintaan terhadap rasul telah ada pada
hati kita?
Sayangnya,
banyak dari kita umat islam yang bahkan tidak mengenali rasulnya dengan baik.
Lebih mengenal atau bahkan terobsesi dengan sosok lain seperti para artis dunia
hiburan. Semuanya tidak luput untuk dijadikan panutan dalam hidup kita. Kita
lebih mencintai mereka.
Dalam
pengamatan saya, perlu jadi perhatian juga, bahwasanya perayaan hari maulid
nabi atau kelahiran nabi sudah semakin tidak terdengar lagi semangatnya.
Padahal hal itu adalah momen yang tepat untuk kembali mengingatkan kita akan
sejarah perjalanan hidup seorang Muhammad rasulullah. Mengenang perjuangan
beliau dalam membimbing umatnya. Kalaupun hari itu dirayakan dengan berbagai
acara, sedikit sekali yang peduli. Terlebih lagi dari generasi mudanya.
Lalu,
bagaimana cara menghidupkan cinta kita pada rasulullah? Bagaimanapun, yang
namanya cinta itu bisa dibuat jika kita mau berubah. Mencintai rasulullah lebih
dari manusia yang lain.
Dalam
hemat saya, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan cinta
kita pada rasul, karena yang namanya cinta tidak bisa jika hanya terucap secara
lisan.
Yang
pertama, dalam hal yang paling mudah. Yaitu, bershalawat pada rasulullah.
"Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada nabi. Wahai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu kepada nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." (Al Ahzab
: 56)
Keutamaan
bershalawat pada rasulullah Muhammad diantaranya, mendatangkan kebajikan, di
keburukannya berbagai doa, mendapatkan syafaat di akhirat, dan mendatangkan
shalawat Allah swt atawa hamba-Nya.
Dan
ternyata, ada peringatan juga untuk kita.
Abu
Hurairah ra. Pernah berkata,"Rasulullah saw pernah bersabda, 'Celakalah
orang yang mendengar namaku disebut ia tidak mau bershalawat
kepadaku.'"(Riwayat Tirmidzi)
Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa orang yang tidak mau bershalawat pada nabi muhammad,
maka dia adalah orang terpelit sedunia.
Yang
kedua, memanggil rasulullah tidak seperti kepada teman.
"Janganlah
kamu jadikan panggilan (kepada) rasulullah di antara kamu seperti panggilan
sesama kamu." (An Nuur
: 63)
Yang
ketiga, meneladani perkataan dan perbuatan rasulullah saw. Termasuk melakukan
apa yang di perintahkan dan menjauhi apa yang di larangnya.
"Katakanlah,
jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosa. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali Imran : 31)
Bisa di
mulai dengan hal kecil, seperti menggunakan tangan kanan saat makan dan tidak
berdiri jika sedang makan.
Tata nilai
hidup seorang muslim tentulah didasarkan pada iman. Nikmat iman adalah nikmat
tertinggi, bahkan melebihi nikmat hidup itu sendiri. Karena itulah, dalam
kacamata muslim, orang yang paling dicintai adalah rasulullah saw yang
mengenalkan iman pada kita. kita dibimbing oleh beliau agar perjalanan jiwa
kita bebas dan mudah menujubAllah. Iman yang diajarkan oleh rasulullah saw
hingga sampai kepada kita lebih bernilai dibanding dunia dan seisinya. Melalui
perjuangan dan pengorbanan beliau kita mengetahui apa tujuan hidup dan
bagaimana cara hidup. Dengan iman, segalanya menjadi bermakna. Bagaimanapun
dunia yang kita jalani sekarang hanyalah fana, kan? Masih ada kehidupan lagi
setelah ini yang kekal.
Qadhi
'iyadh berkata, "Ketahuilah bahwa siapa saja yang mencintai sesuatu, pasti
ia akan memprioritaskannya dan mementingkan dirinya agar sejalan dengannya.
Jika tidak, maka kecintaannya itu tidak tulus dan hanya mengaku-ngaku saja.
Orang yang benar-benar mencintai rasulullah saw adalah seseorang yang tampak
nyata tanda-tanda cinta pada dirinya."
Mari kita
bersama-sama menumbuhkan dan menghidupkan cinta kita pada rasulullah saw. Kita
kenang perjuangan beliau, kesabaran beliau dalam menghadapi orang-orang yang
menentang beliau. Tidakkah kita ingin membalas cinta beliau??
Penulis. Septi Anisa Husnul Hayati
Alumni Anak Juara RZ Cilegon
0 comments
EmoticonEmoticon