Mahjunah bersama keluarga |
Lahir
di Cilegon, 05 April 1996. Bertempat tinggal di jalan Sambiranggon Jerang Barat
kelurahan Karang Asem kecamatan Cibeber. Mahjunah anak ke dua dari empat
bersaudara. Ayahnya, Ridwan seorang penarik becak dan ibunya, Aisyah hanya
seorang ibu rumah tangga. Penghasilan yang di dapat tidak menentu. Mahjunah
tahu betul kondisi ini. Orang tuanya kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga di tambah kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya. Inilah yang
menjadi motivasi terbesar Mahjunah untuk terus berprestasi. Setidaknya,
walaupun dirinya belum mampu ikut bekerja mencari uang , ia bisa sedikit
membanggakan orang tuanya dengan tidak menyia-nyiakan sekolahnya yang dibiayai
dengan susah payah ayahnya.
Alumnus
Madrasah Tsanawiyah Al Jauharotunnaqiyah Jerang Barat ini pandai sekali
berpidato. Beberapa kali ia memenangkan lomba pidato tingkat lokal yang di
selenggarakan di berbagai event. Ia juga pernah mengikuti seleksi lomba pidato
yang di selenggarakan oleh Kementrian Agama RI hingga tingkat kota.
Mahjunah saat mengikuti rihlah edukasi di Cikole |
Di
sekolah, Mahjunah seringkali meraih peringkat satu. ia juga aktif mengikuti
ekstrakulikuler seperti Pramuka dan PMR. Mahjunah suka sekali yang namanya
berdiskusi. Maka ia pun sering berkumpul dengan teman-temannya untuk saling
bertukar pikiran. Ketika dirinya termasuk ke dalam anak juara Rumah Zakat,
hobinya itu tersalurkan dengan adanya klub mentoring yang diadakan disetiap wilayah pembinaan. Dengan mengikuti
mentoring yang sedikitnya terlaksana sebulan dua kali, Mahjunah jadi semakin
semangat mencari ilmu. Terutama ilmu agama. Mahjunah tertarik untuk mendalami
kitab kuning.
Sebagai
anak perempuan satu-satunya, Mahjunah tentu ingin sekali di banggakan oleh
Orang tuanya. Ia bersyukur orang tuanya selalu mendoakannya dan mendukung disetiap
kegiatan positif yang ia lakukan. Terutama ayahnya.
Mahjunah
paham, bahwasanya berusaha saja tidak cukup. Maka ia meminta doa pada orang
tuanya. Tidak lengah juga dirinya berdoa untuk dirinya sendiri. Kebiasaannya,
disepertiga malam, disaat orang-orang banyak yang lelap dalam mimpinya, ia
bangun, melakukan qiyamulail kemudian dilanjut dengan belajar.
Kelak,
Mahjunah ingin menjadi seorang guru. Ia yakin, bila ada kemauan pasti ada
jalan. namun dalam mengejar cita-citanya itu, tidak berarti Mahjunah terus saja
berkutat dengan sekolahnya atau pun kegiatan di luar rumah lainnya. Di rumah,
gadis yang suka membaca ini pun suka membantu pekerjaan rumah ibunya.
Menyetrika adalah pekerjaan wajibnya.
Mahjunah
memiliki cita-cita lain. beberapa tahun belakangan ia bergabung dengan Rumah
Zakat, menerima beasiswa setiap bulannya. Ia berharap, semoga suatu saat nanti,
ialah yang menjadi donaturnya. Bukan penerima beasiswa lagi. Bukankah bila ada
kemauan pasti ada jalan?
-OoO-
0 comments
EmoticonEmoticon