Khodijah |
Khodijah.
Gadis yang masih duduk di bangku tsanawiyah ini termasuk siswa yang pandai di
sekolahnya. Begitulah menurut pengakuan nasiroh, guru yang mengajarnya.
khodijah aktif bertanya jika ada yang tidak di mengerti dan menjawab jika di
tanya. Ia selalu serius setiap materi pelajaran tengah di terangkan oleh setiap
gurunya. Ia tidak segan - segan mengadukan pada
gurunya jika ada teman yang membuatnya terganggu.
Prestasi
akademiknya bagus. Peringkat satu selalu di sandangnya. Tentu saja itu tidak
lepas dari kegigihannya dalam belajar. Selain aktif di kelasnya, diluar kelas
pun Khodijah tetap dalam eksistensinya meskipun hanya dalam ekskul paskibra.
Kondisi rumahnya yang jauh dari sekolah membuatnya perlu membatasi aktifitasnya
dalam kegiatan di luar kelas. Setiap hari ia jalan kaki dari rumahnya di
kampung kelelet sampai ke sekolahnya di daerah delingseng.
Nuraini,
sedikit bercerita mengenai teman dekatnya ini. khodijah suka sekali membantunya
jika ia masih kurang mengerti dalam materi pelajaran. Gadis kelahiran 7 maret
itu tidak pelit berbagi ilmu dan sabar menerangkannya sampai ia mengerti. Walau
terkadang menyebalkan menurut Nur,
Khodijah merupakan teman baiknya.
Sosok
Khodijah pun di kenal ramah oleh para tetangganya. Selain ramah, sifat sopan
dan mandiri melekat pada Khodijah. Ia tidak pernah neko - neko diusianya yang
masih belia ini. ia dapat menerima kekurangan kondisi ekonomi keluarganya.
Khodijah memang gadis yang sederhana.
Pekerjaan
ayahnya hanya buruh dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Khodiah akui
bahwa keadaan ekonomi keluarganya itu mempengaruhi prestasi dirinya terang saja, setiap hari ia jalan kaki
pulang-pergi ke sekolah yang letaknya lumayan jauh. Ia juga tidak bisa seperti
teman-temannya yang lain yang bisa belajar tenang karena kebutuhannya selalu
terpenuhi. Namun ia dapat mengesampingkan dan membuang jauh-jauh rasa
kecewanya. Ia percaya, semua itu adalah ujian bagi dirinya dan juga keluarganya
untuk mencapai keberhasilan. Maka dari itu, cita-citanya adalah membahagiakan
orang tua. Putus asa tidak membawa hasil apa-apa. Yang ada ia akan semakin
terpuruk dengan kekurangan itu.
Saat
di tanya apa hobinya, khodijah menjawab bahwa hobinya adalah belajar. Seolah ia
tidak mau melewatkan sekecil hal apapun untuk ia ambil sebagai pelajaran. Ada
beberapa poin penting yang membuatnya berhasil dalam belajar meskipun ia masih
duduk di bangku tsanawiyah.
Yang
pertama adalah niat. Harus ada niat dari hati. Karena bagaimanapun niat adalah
modal utamanya. Akan jadi berantakan jika tidak ada niat. Yang kedua, bekerja
keras, tidak mudah menyerah. Kesungguhan (niat) tanpa adanya usaha tentu
menjadi hal yang mustahil untuk menuju keberhasilan. Dan yang terkhir, berdoa
dan bersyukur pada Allah swt. Tidak akan lengkap atau sempurna keberhasilan
yang di capai seseorang jika tidak di sertai dengan rasa terima kasih pada Sang
Pemberi Rizki. Yang ada keberhasilan itu tidak menjadi berkah dan mudah lenyap
dari genggaman.
Ketiga
poin penting itu ia dapatkan dari orang tuanya. Orang tuanyalah yang selama ini
mendukungnya. Bukan orang lain. keduanya selalu berpesan padanya untuk
bersungguh-sungguh dalam belajar supaya tidak menyesal di kemudian hari. Berkat
orang tuanya juga lah Khodijah pernah mengikuti lomba Qori. Awalnya ia tidak
mau karena tidak begitu percaya diri. Tapi akhirnya mau juga setelah dibujuk
dengan memberi semangat.
Jika
ada waktu kapanpun, Khodijah selalu memanfaatkannya untuk belajar. Ia tidak mau
menunggu waktu malam saja karena di khawatirkan mati listrik yang nantinya
malah menyulitkannya belajar.
“Seringnya
setelah pulang sekolah, saya sholat dulu. Setelah solat, saya melihat lagi
pelajaran yang sudah di ajarkan di sekolah hari itu..”
“Kerjaan
saya di rumah ngabantuin bapak, ngejagain adik dan belajar. Itu saja, sih..”
Inilah
sekilas dari sosok gadis belia pemilik nama mulia Khodijah.
“Semangat untuk hidup!”. Itulah mottonya.
-OoO-
0 comments
EmoticonEmoticon