Motor yang ku tumpangi terseok-seok jalan utama menuju sekolah sangat tidak layak untuk di jajaki. Disana-sini lapisan aspal terkelupas, memperlihatkan tonjolan kerikil yang berpalung. Saat hujan melanda, palung-palung itu akan menyumur dan akan mengelabui siapapun yang melintas menjajaki air keruh bercampur debu dan aspal jalanan yang hanya tersentuh pembangunan dalam hitungan tahun yang tak menentu.
Aku
masih diatas kendaraan beroda dua menerjang dataran tinggi, menuju sekolah
memang tidak mudah. Disamping jalurnya yang mengenaskan, kendaraan untuk menuju
sana layaknya bau tanah yang termakan usia. 30 menit telahku lewati perjalanan
penuh perjuangan itu mendaratkanku tepat di sebuah sekolah sederhana yang di
desain dengan desain apik sehingga lebih terlihat elegan yang membuat sebagian
orang tersenyum, entah simpul atau lebar dengan apa yang ku banggakan oleh anak
yang keterbatasan ekonomi, aku tidak pernah paham dengan apa yang mereka berikan
menghinakan atau memberi semangat. Tapi senyuman itulah yang membuatku gigih
menempuh study berikutnya. Di sekolah aku bertemu sahabat kecilku, sebut saja
Hana, aku dan Hana mengarungi hidup tanpa putus asa sehingga banyak yang
menyebut kami kembar. Mengingat Hana hidup tanpa cinta kasih orang tua aku rela
membagi cinta kasih orang tuaku kepadanya.
Seiring
berjalanya waktu, lama-kelamaan suasana dalam kelas menjadi hangat. Aku mulai
menemukan teman yang cocok denganku selain Hana, namanya Eti, Nani, juga Syifa.
Mereka yang selalu temaniku saat sekolah, kami selalu di kantin bersama, dalam
setiap tugas kita selalu menjadi satu kelompok mengerjakan tugas bersama,
bercanda tawa bersama, saling berbagi suka dan duka, dan banyak hal lain yang
kami lewati bersama. Didalam sebuah persahabatan inilah kami mengenali berbagai
macam sifat dari sahabat-sahabatku. Sampai pada waktunya sebuah masalah datang
mengganggu kebersamaan kami. Ini tentang Hana akhir-akhir ini Hana mulai
berubah tak seperti biasanya, sekarang dia sering sekali tidak masuk sekolah, sering
absen saat pelajaran berlangsung dan banyak hal lain yang membuatnya semakin
buruk. Semua perubahannya ini yang membuat kami terusik dan bertanya-tanya, apa
yang sebenarnya telah terjadi ?
“
Say, apa kamu tau mengapa Hana tidak masuk sekolah? Sudah tiga hari ini dia
tidak masuk tanpa keterangan” Tanya Syifa saat aku memasuki kelas.
“
Kalo kamu tidak tau, aku juga tidak tau” jawabku bergurau.
“
yee… serius “ tegur Syifa
“
Iyah saya gak tau Syif, memang sih biasanya dia bersamaku tapi seriusan
akhir-akhir ini dia gak ada kabar.
“
Hemm.. saudara kembar kok ga tau, yasudahlah” jawabnya
Saat
pelajaran berlangsung, sungguh aku tidak bisa
berkonsentrasi, yang ada dipikiranku hanyalah Hana, aku takut terjadi
sesuatu yang buruk pada dirinya, aku memutuskan untuk menemuinya sepulang
sekolah nanti tanapa sepengetahuan teman- teman yang lain. Tak lama aku
menunggu, bell pulang pun berbunyi teeet teeeeett… “ horee pulang” gumamku
dalam hati. Aku segera bergegas mengunjungi rumah Hana.
Sekolah Hana |
“Assalamualaikum..”
salamku sambil mengetuk pintu rumah Hana. Tok..tok.tok 3x aku mengetuk tanpa
jawaban. Rumah Hana memang terlihat sepi karena Hana hanya tinggal bersama
neneknya.
“yasudahlah,
mungkin lain kali aku kembali pikirku sambil sesekali melangkahkan kaki, baru
beberapa langkah pintupun terbuka, senyum sumringah langsung mendarat dibibir
kecilku. “ pasti Hana” sambil membalikan tubuhku.
“Yah..
ternyata nenek” sambil menyalimi tangan nenek.
“Eh,
nong Syaidha! Ada apa nong?”
“Begini
nek, Hananya ada? Tanyaku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Tidak ada
respon, nenek terdiam, raut wajahnya yang renta diarahkan kebawah kakinya.
“Tuhaan…,
ada yang salahkah dengan pertanyaanku, nek…” sahutku membisik
“
oh, ayo nong mari masuk” tanpa basa-basi aku langsung melepas sepatuku memasuki
rumah sederhana ini.
“Sebenarnya
Hana kemana nek” tanyaku berulang.
“
Hana sudah 3 hari ini dia belum pulang kerumah nong ia pulang kekampung
halamanya menemui ibunya yang tengah sakit” ujaranya menjelaskan. Aku terkejut
dengan apa yang nenek sampaikan dan tanpa panjang lebar aku langsung pamit
untuk pulang kerumah.
Ditengah
perjalanan pikiranku kacau, ibunya sakit, sejak kapan Hana punya ibu, kalo
memang punya ibu, kenapa Hana enggan mengakuinya didepanku “ada apa denganmu Hanaa.?” Pikiranku semakin
tak karuan hingga aku tak sadar seseorang menabrakku. “Bruugh...”
“aduuh….
Hana kamu ko ada sisini, bukannya kamu..?
“Eh
Syaidha, tumben kamu kemari, kamu kangen yah samaku, hayoo ngaku..?”
“yeee
enak aja, enggak kali. aku ada perlu lain ko” sambil ngeloyor meninggalkan
Hana.
“ko
Syaidha gitu sih sama Hana..?”.
Aku
ga pernah berfikir ini sebelumnya dengan Hana, kenapa Hana tega berbuat
demikian terhadapku juga teman-teman kenapa dia berbohong kepada kami apakah
Hana sudah tak menganggap kami seorang sahabat lagi. Tega kamu Hana.
Keesokan
harinya disekolah aku terkejut ketika aku melihat Hana yang sudah berada
didalam kelas. Sebagai sahabat aku harus menyapanya terlebih dahulu tak
mempedulikan hal sepele yang kemarin terjadi. “ loh Hana, kamu dengan siapa
kesekolah?”
“Eh,
Syaidha aku diantar paman ko. Eh udah dulu yah aku ada perlu niih.”
“oh
gitu, yaudah gih. Tapi kamu ko.” belum saja aku menyelesaikan pertanyaanku dia
bergegas bangkit dari kursi yang sedari tadi didudukinya.
“ada
apa sih tuh anak, ngomong belum kelar juga udah main pergi aja. Bisa dinamakan
sahabatkah itu”. Ketika kami (aku, Eti, Syifa dan Nani) menuju kantin untuk
sarapan kami melihat Hana bersama Dira. Kami sungguh amat tidak mengerti dengan
Hana, bukankah Dira terkenal nakal
disekolah, apakah Hana berubah karena ia bergaul dengan Dira. Sahabat apakah
aku ini, sehingga membiarkan sahabat terbaiku bersama Dira. Baru aku melangkah
untuk mempertanyakan ini pada Hana, tanganku ditarik oleh Nani.
“
ngapain sih Say, kamu deketin Hana lagi, lagian Hana sudah berubah dia tak
seperti yang kita kenal dulu”
“
bukannya gitu Nan, Hana kan sahabat kita juga, bukankah sahabat itu akan selalu
ada dikala senang dan duka.” Ujarku menjelaskan tanpa aku pedulikan Nani aku
mulai melangkah mendekati Hana Tapi, Eti menarikku dari belakang. “udahlah, yuk
kita cabuut..”
Dengan
terpaksa aku meninggalkan Hana bersama Dira. “maafkan aku Hana…”
Sepulang sekolah aku menunggu Hana
digerbang. Tapi tak kunjung tiba aku bertemu dengan dewi teman sekampungnya.
Dewi bilang Hana pulang diantar salah satu guru uks disekolah, Hana pinsan saat
jam pelajaran. “Hana kenapa” gumamku penasaran.
Sesampainya
dirumah HPku berdering tertera dilayar “My Friend’s Hana”
Tanpa
pikir panjang aku langsung menekan tombol answer. “Assalamualaikum”
“Waalaikumssallam.
Syaidha sahabatku yang baik, mulai besok aku sudah tidak berada disekolah lagi,
aku sudah mengurus surat pindahku. Terimakasih sampaikan salamku pada yang
lainnya. Wassalamualaikum. Tut..tut..tut.. suaranya terputus dari sebrang.
Han..Hanna
kenapa kamu tak pernah cerita apa apa denganku padahal dari kecil kita selalu
bersama dalam menghadapi segala rintangan, kenapa kamu lebih percaya terhadap
Dira.
Seminggu
aku disekolah tidak bersama Hana, aku tidak bisa merasakan sahabat-sahabatku
yang sekarang seperti Hana kecilku. “Aku merindukanmu Hana.. kemana kamu pergi?
kenapa kamu tidak mengabariku. Hana disini aku kesepian tanpamu.. dengan siapa
aku menjahili pak udin penjaga sekolah kita itu, dengan siapa aku berjalan
pulang dikala tidak ada yang menjemput. Hana kenapa kamu tega dengan siapa aku
bergurau jika tanpamu. Hana apakah kamu
lupa denganku Hana..” aku masih termenung memikirkan Hana. Tiba-tiba Eti menghampiriku
dengan tergesa-gesa.
“Say..
Hana.. Hannaa Say..”
“
Hana kenapa Ti.. kamu tenangin diri kamu Ti” jawabku semerawutan. Setelah Eti
menarik nafas panjang Eti mulai menjelaskan wafatnya Hana. Hana wafat kemarin
sore tepatnya pukul 17.30 WIB di RS Panggung Rawi Cilegon sudah 5 hari ia
dirawat disana dan akan dimakamkan siang ini juga. Melihat tingkah Eti aku
langsung tersedak, hamparan debu menutup mataku, tiba-tiba saja hambaran petir
menggetirkan tubuhku aku lunglai dan terjatuh.
Siang
ini pemakaman Hana telah usai, kami tak menyangka Hana begitu cepat mendahului
kami. Selamat jalan Hana semoga amal ibadah-Mu diterima disisi Allah SWT.
Aamiin.
“Nak..
tiba-tiba nenek yang sedari tadi tergopoh-gopoh berjalan menghampiriku.
“iyaa.
Nek,” sahutku sambil menyalimi tangan nenek yang sudah renta.
“ini
nak, ada peninggalan Hana buat kalian”
“
terimakasih nek,,” jawabku sendu.
Sebelum
kami meninggalkan pemakaman. Kami membuka pemberian Hana yang dititpkan kepada
neneknya yang berupa buku hariannya. Kami membaca lembar demi lembar curhatan
hati Hana selama ia hidup, hingga saatnya kami menemukan sepucuk surat yang
bertulisan,
TO: My Best Friend’s”
TO: My Best Friend’s”
Cilegon, 20 Oktober
2014
“
Assalamualaikum.wr.wb.
Semoga kalian selalu
dirahmati oleh Allah SWT. Syaidha, Eti, Nani juga Syifa, aku mengucapkan
beribu-ribu terimakasih untuk kalian, karena kalian sudah menemani hari-hariku
selama hidup di dunia. Kalian adalah sahabat terbaik yang pernah aku kenal,
maafkan aku kawan aku telah berbohong kepada kalian bukannya aku tak percaya,
tapi aku takut kalian mengkhawatirkanku, maaf aku pergi tanpa pamit. Aku
menghindar dari kalian karena aku takut
aku akan merepotkan kalian. Aku mengidap kanker otak stadium akhir, makanya aku
mendekati Dira, meminjam uang untuk beli obat. Aku tau dira terkenal nakal tapi
aku yakin hatinya adalah sutra. Dan aku memang menemui ibuku, untuk selamanya…
Terimakasih sahabatku
kalian adalah sahabat terbaik yang selalu ada untukku terimakasih kalian sudah
bisa membangkitkan motivasi hidupku. Aku
bisa karena kalian bersamaku.
Waalaikumsallam.wr.wb.
Hanna Nur Fadillah
Kami
termenung saling memandang, menumpahkan tangis memeluk batu nisan yang belum
sempat kami tinggalkan. Tuhann… kenapa kau ambil sahabat terbaiku. Maafkan kami
Hana yang tidak pernah ada untukmu selamanya. Dari sinilah kami mengerti
bagaimana arti sahabat sesungguhnya,, kami menyesal telah berprasangka buruk
padanya. Andai waktu bisa terulang kembali takan kusia-siakan persahabatan yang
terjalin dengan rapi penuh kasih dan cinta ini. Hingga akhirnya kami semua
berjanji akan selalu terbuka dan akan selalu hadir dikala kita membutuhkan.
Terimakasih Hana kau telah mengajari kami bagaimana untuk saling menghargai.
Selamat jalan sahabat seperjuanganku.
Tentang penulis:
Angellina Rahmaa adalah
nama pena dari Siti Rohmah Angellina. Lahir di Cilegon pada 10 April 1997.
Sejak SMP gemar membaca dan mengoleksi buku terutama Novel. Cita-citanya ingin
menjadi penulis produktif, sutradara dan Psikolog. Sekarang adalah pelajar di salah
satu sekolah swasta di Cilegon yakni SMK Al-Insan Terpadu Kota Cilegon kelas
XII Akuntansi 1 dan tinggal di Linkungan Panakodan Desa Cikerai Kec. Cibeber.
Kota, Cilegon-Banten.
0 comments
EmoticonEmoticon