Ainun Nisa kedua dari kanan depan saat mengikuti pelatihan kerajinan tangan di LKP Adenis |
Ainun Nisa seorang gadis yang memiliki
keterbatasan ekonomi namun memiliki motivasi belajar yang luar biasa, patut
kita contoh oleh anak-anak lainnya terlebih anak yang memiliki dukungan
financial yang memadai.
Sebut saja ‘Ain Gadis kelahiran Cilegon, 15 Desember 2000
ini dilahirkan 15 tahun yang lalu dari
rahim seorang Ibu bernama Juariyah. Ia dibesarkan oleh kedua orang tuanya
dilingkungan yang serba kekurangan. Ayahnya bernama Nadif Sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja atau
menafkahi keluarganya bukan karena faktor usia tapi karena sebuah penyakit yang
dideritanya. Sekitar satu tahun yang lalu Ayahnya kembali di operasi lantaran
Usus Buntu yang menimpanya. Sehingga mengharuskan Ayahnya dirawat di RS
Panggung Rawi saat itu, karena Faktor Biaya yang tidak mencukupi akhirnya
Ayahnya dipulangkan dan dirawat dirumah. Sebagai seorang anak pertama
dikeluarganya ‘Ain merasa iba melihat keadaan keluarganya terutama melihat
Ayahnya yang kadang hanya makan sesuap Nasi tanpa lauk. Pikiran ‘Ain semakin
mengacau yang ia pikirkan bukan saja Orang Tuanya tapi ketiga Adiknya yang
masih balita yang seharusnya mendapatkan asupan gizi yang seimbang.
Ditengah penderitaan keluarganya ‘Ain tak pernah mengeluh
dengan apa yang telah Allah berikan karena ‘Ain yakin Allah punya rencana lain
yang lebih baik didepan. Ibunya tak pernah
menyerah untuk memotivasi ‘Ain “Jangan
pikirkan apa yang sekarang tidak bisa kita lakukan tetapi perjuangkan apa yang sekarang
kita mampu lakukan” pesan Ibunya. kata-kata itu yang memotivasi ‘Ain untuk terus
gigih menempuh pendidikan. Tak ada kata waktu luang untuk ‘Ain karena waktunya
ia pergunakan sebaik mungkin dari pagi hari setelah sholat shubuh ia sempatkan
untuk belajar mengaji di Mushola bersama Guru ngajinya, sebelum ia ke sekolah ia
membantu Ibunya untuk mempersiapkan kebutuhan Adik-adiknya. Ia tak mengenal
kata lelah ketika pulang sekolah disaat Anak-anak seusianya asik bermain, ia
membantu Ibunya mempersiapkan dagangan yang akan ia jual ketika ia sekolah di
Madrasah seperti cilok, cireng, dan bakwan. Keuntungan yang didapat tidak
seberapa bahkan kadang terbilang rugi hanya saja dengan cara itu Ibunya dapat
memberi makan keluarganya untuk sehari besoknya jika ingin kembali makan ‘Ain harus
kembali berjuang melawan keringat.
Keadaan tidak pernah membuat ‘Ain patah semangat untuk
belajar selain ia berjuang keras untuk keluarga, disekolahnya ia selalu
dibanggakan oleh guru-gurunya, akademiknya sangat memuaskan serta membanggakan bagi
kedua orang tuanya ia bisa membuktikan bahwasanya pintar bukan karena kaya tapi karena taqwa dan bodoh bukan karena
miskin tapi karena malas. Sejak ia duduk dibangku Sekolah Dasar hingga
sekarang ia duduk dibangku MTS Kelas 8 Ain selalu mendapatkan peringkat ke 1 di
Sekolahnya. Bukan sekedar berprestasi dibidang akademik saja Ain juga berprestasi
disegala bidang seperti lomba berpidato juara I, MTQ (Qori,ah) juara I,
Kaligrafi Juara I, CC (II), Catur (I) dan lainya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Berkat prestasinya ‘Ain kini menjadi kebanggaan keluarganya dan
lingkungan sekitarnya dan guru-gurunya.
Pada
tahun 2012 yang lalu Ain bergabung menjadi anak juara RZ Cilegon. ‘Ain sangat
senang bisa mengikuti kegiatan-kegiatan seperti mentoring atau pembinaan yang
kerap RZ Cilegon adakan setiap minggunya. Beberapa minggu yang lalu ‘Ain sempat
tidak hadir dipembinaan lantaran banyak
sekali kegiatan-kegiatan yang menyebabkan Ain berhalangan hadir dalam pembinan
tersebut yang sering menjadi penghambat adalah masalah kendaraan. Lokasi
pembinaan yang sangat jauh terkadang membuat ‘Ain harus berjalan kaki terlebih
dahulu untuk mencari mobil angkot yang lewat, itu juga jika hari senin- sabtu mobil
angkot biasanya ada saja yang lewat tapi
jika sekolah sedang libur maka tidak ada mobil yang lewat di jalan dimana Ain
bertempat tinggal yaitu di lingkungan Pasir Anggin Cikerai Cibeber. ‘Ain harus
mencari teman atau ojeg agar bisa sampai ke tempat pembinaan di jerang permai.
“Sebelum menjadi anak juara di
Rumah Zakat, keadaan ekonomi keluarga saya selalu tidak tercukupi terutama
biaya sekolah dan sangat serba kekurangan . bahkan terkadang saya berharap ada
peti harta karun jatuh dari langit. Kini setelah saya menjadi anak juara di
Rumah Zakat keadaan ekonomi keluarga saya cukup membaik dan kebutuhan-kebutuhan
kecil keluarga saya mulai terpenuhi”. Tutur ‘Ain saat
ditanya oleh salah satu mentor Rumah Zakat kala itu.
Mottonya
Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Cita-citanya menjadi seorang Dosen
impiannya yang masih belum tercapai saat ini adalah memberangkatkan Haji kedua
orang tuanya ke Baitulloh, mempunyai kendaraan, menghafal Al-Qur’an, membelikan
Ayah dan Ibu Jendela untuk rumahnya yang sudah mulai bolong-bolong ia juga
berharap bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Orang
Tuanya mendidik anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan perhatian yang sangat
besar. Ain dan Adiknya yang bernama Ade Farhan yang kini duduk dibangku kelas 6
Sekolah Dasar kerap menjuarai berbagai perlombaan seperti MTQ ditingkat
kecamatan, Kota bahkan Propinsi. Dan sering tampil mengaji diperbagai acara
seperti khitanan, pernikahan, perpisahan dll. Walaupun dalam keadaan yang serba
keterbatsan namun orangtua Aini dan farhan patut bersyukur karena memiliki
anak-anak yang berprestasi disegala bidangnya.
Itulah
kisah Anak Juara Cabang Cilegon yang telah berjuang lewat belajar demi melihat
orang tuanya bangga. Semoga kisah ini menjadi motivasi bagi kita bahwa kekurangan bukan alasan untuk tidak berprestasi.
Ditulis oleh: Siti Rohmah Angelina (alumni Anak Juara tahun 2015)
Ditulis oleh: Siti Rohmah Angelina (alumni Anak Juara tahun 2015)
0 comments
EmoticonEmoticon